PT PLN (Persero) bermitra dengan Pemerintah Kota (Pemkot) di Cilegon, melalui anak usaha holding PT PLN Indonesia Power, telah mulai mengoperasikan terminal Bahan Bakar Padat Jumputan (BBJP) terbesar di Indonesia yang terletak di tempat pembuangan akhir sampah di Bagendung (TPSA) . ), Kelejon Pantene, Sel (29 November).
Pembangkit BBJP akan menyedot 30 ton sampah kota segar setiap hari dan mengolahnya menjadi bahan bakar co-burning di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya.
Walikota Celegon Hilde Agustian menyambut baik kerjasama untuk mengelola sampah dan mengubahnya menjadi bahan bakar biomassa untuk pembangkit listrik. Hal ini sesuai dengan komitmen Kota Cilegon untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Pertama, masalah sampah ini sudah menjadi isu nasional. Sesuai dengan salah satu ide kreatif Kota Cilegon melalui Perpres No. 35 Tahun 2018, Presiden Joko Widodo telah menetapkan 12 kabupaten kota di seluruh Indonesia dari sampah menjadi energi hijau. ujar Hilde. Raih kesempatan ini.”
Keberadaan BBJP TPSA Bagendung memberikan dampak yang signifikan tidak hanya terhadap lingkungan tetapi juga terhadap perekonomian kota Cilegon. Karena bersama BBJP TPSA Bagendung kita bisa menggerakkan ekonomi dan menyerap tenaga kerja lokal.
Oleh karena itu, Helldy berharap BBJP TPSA Bagendung menjadi percontohan tidak hanya di provinsi/kota di Provinsi Banten tetapi juga di seluruh Indonesia. Pemerintah Kota Cilegon dengan senang hati membantu masyarakat lain mempromosikan energi bersih melalui pengelolaan sampah.
“Artinya Selegon adalah kota terdepan di seluruh Indonesia, dan diresmikan langsung oleh Dirut PLN,” ujar Wali Kota Selegon.
Senior Manager PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kerjasama ini akan membangun ekonomi masyarakat, karena PLN membantu Pemkot Cilegon untuk mengurangi sampah di kota dan pembangkit BBJP dioperasikan langsung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Kami menciptakan nilai dengan menyerap tenaga kerja lokal.
“Kami sangat bangga ada BBM padat ini di Cilegon. Ini BBM berbasis people power. Yang bekerja di sini adalah masyarakat di sini dan mereka diberdayakan, sehingga menciptakan lapangan kerja,” kata Dharmawan.
Darmawan mengatakan program waste to energy Cilegon merupakan yang terbesar dan mampu mengurangi timbunan sampah sebanyak 30 ton per hari atau 9.000 ton per tahun. Di sisi lain, perusahaan PLN dapat mengamankan kepastian pasokan biomassa untuk bahan baku co-burning dengan memiliki pabrik BBJP, dan dapat menekan biaya produksi dengan memproduksi sendiri biomassa.
“Throughput di sini sebelumnya hanya 1,5 ton per hari, kini meningkat menjadi 30 ton per hari. Hal ini sangat membantu cara penanganan TPSA Bagendung. Hal ini juga meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca.” tutup Darmawan Rilis “Glass to solve the problem of global warming”.
Senior Director PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, PLN Indonesia Power telah melakukan penelitian terkait pengolahan limbah sebagai bahan bakar sejak 2018. Nantinya BBJP ini akan diluncurkan untuk ikut PLTU. Artinya, sampah dari TPSA Bagendung diolah sebagai alternatif. Batubara digunakan sebagai bahan bakar di pembangkit listrik tenaga biomassa untuk batuan.
“Ke depan, instalasi BBJP Bagendung dengan kapasitas 300 ton per hari akan terus dikembangkan dan PLTU Suralaya menjadi pembelinya. Tingkat suku cadang dalam negeri (TKDN) pabrik tersebut 60%,” ujar Edwin.
Pembukaan TPSA BBJP juga merupakan langkah praktis PLN untuk menjawab tantangan global. Mewujudkan energi bersih dan mandiri di Indonesia. Memperkuat kemampuan nasional dengan prinsip ESG (Environmental, Social and Governance).